Kamis, 09 Juli 2009

Ucapan Terima Kasih Ketua Padepokan

UCAPAN TERIMA KASIH.

Kami panjatkan rasa syukur kami kepada sang pemilik alam ini, atas berkat rahmat dan ridhoNYA, kami dapat mendeklarasikan PADEPOKAN INCU BANTEN kira-kira satu tahun yang lalu dengan apa adanya tanpa mengurangi kemeriahan dari nilai-nilai budaya itu sendiri, sehingga kami dapat pula menindaklanjutinya kedalam WebBLOG kami semata-mata hanya ingin menjalin rasa persaudaraan, rasa kekeluargaan, berbagi rasa, untuk seluruh warga yang ada di Negara tercinta Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

Saya, Ajat Sudrajat 30 tahun, selaku Ketua Padepokan INCU BANTEN menghaturkan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada seluruh saudara-saudara saya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Dan khususnya kepada adinda saya Tubagus Alam Nirmala yang sudah dan terus berusaha menjalin persatuan dan kesatuan demi membesarkan Padepokan ini, karena memang Padepokan ini harus dibesarkan demi untuk menjaga agar terus dapat berlanjut menjalankan program-program kegiatan Padepokan ini, diantaranya :

Pembinaan mental spiritual generasi muda (dalam hal ini adik-adik kita yang masih duduk dibangku sekolah SLTP maupun SLTA),
Pengajian Rutin, diskusi ringan ritual spiritual,
Menghidupkan dan melanjutkan kembali seni tradisi budaya khususnya di daerah Cilegon Banten,
Pengobatan, melalui terapi khusus,
Menjalin bentuk kerjasama dengan Organisasi-organisasi,
Pengobatan (terapi penyembuhan dari ketergantungan Narkoba atau sejenisnya),
Pengembangan Pemberdayaan Usaha Kecil, Dll.

Terima Kasih
Salam,


AJAT SUDRAJAT
Ketua Padepokan
087778573882

e-mail.: padepokanincu@yahoo.co.id
Jl. KH. Abdul Latif. Kp Palas Bendungan 01/01 Gang.Kosambi
42417 Cilegon Banten

Demak-Pajang-Mataram (1)

SEKILAS INFORMASI SEJARAH
( Demak - Pajang - Mataram - Ujung Kulon - Pajajaran )


DEMAK
Masa sebelum sultan Trenggono (Jawa bagian timur).
Dengan Panglima Perang nya : FATAHILLAH (saudara ipar Sultan Demak)

Kesultanan Demak di dirikan sekitar tahun 1500 M oleh Raden Fatah (Pangeran Jinbun) putra Prabu Brawijaya (Raja Majapahit terakhir dari seorang selir).

Tahun, 1478 Masehi, terjadi penyerbuan Kerajaan Kediri atas Majapahit, Prabu Brawijaya gugur dibunuh oleh Senopati Udara (Patih dari Kediri). Dengan demikian Raja Kediri Prabu Giri Indra Wardhana mengambil alih kekuasaan Majapahit.

Tapi pada
Tahun, 1498 Masehi, Prabu Giri Indra Warhana dibunuh pula oleh Senopati Udara dalam satu pemberontakan. Dan Patih Udara mengangkat dirinya menjadi Raja Majapahit dengan gelar Prabu Udara (Hamka, 1976 : 153)

Melihat keadaan ini Raden Fatah mengembangkan daerahnya BINTORO dengan para santri-santrinya.

Raja-raja pesisir tidak setuju dengan pemerintahan yang tidak sah (yang dipimpin Prabu Udara / Senopati Udara) atas Majapahit itu. Mereka lebih menyukai Raden Fatah sebagai anak keturunan Raja Majapahit.

Tahun, 1512 Masehi, Prabu Udara mengutus dari Majapahit ke Malaka (kekuasaan Portugis) untuk mengadakan kerjasama.

Tahun, 1517 Masehi, Mengadakan serangan besar-besaran ke Majapahit, akhirnya Majapahit dapat dikalahkan. Prabu Udara dan pengikutnya melarikan diri ke Bali – Pasuruan dan Blambangan. Semua barang kebesaran Majapahit dipindahkan ke Bintoro Ibukota Kesultanan Demak.

Pada masa Raden Fatah di Pulau Jawa hanya ada 2 (dua) kerajaan Hindu, yaitu :
1. Pajajaran di Jawa Barat
2. Kerajaan Blambangan di Pasuruan.

Raden Fatah (1500 M – 1518 M)
Mempunyai putra 3 (tiga) :
1. Pangeran Muhammad Yunus (1518 M – 1521 M)
2. Pangeran Sekar Seda Lepen
3. Pangeran Trenggono (1521 M – 1546 M)

Pangeran Muhammad Yunus di angkat menjadi Patih Demak (Paih Unus / Pangeran Sabrang Lor).

Tahun, 1518 Masehi, Raden Fatah wafat, dan digantikan oleh putranya Patih Unus/Pangeran Muhammad Yunus.

Tahun, 1521 Masehi, Pangeran Muhammad Yunus (Patih Unus) wafat dan tidak mempunyai putra. Pada masa ini kedua adiknya Pangeran Seda Lepen dan Pangeran Trenggono sama-sama ingin menjadi Sultan. Tapi Pangeran Seda Lepen dibunuh oleh anak sulung Pangeran Trenggono, akhirnya,
Tahun, 1521 Masehi s.d 1546 Masehi, Pangeran Trenggono di angkat jadi Sultan Demak dengan gelar Sultan Trenggono, pada saat itu yang menjadi Panglima Perang Sultan Trenggono adalah Fatahillah (Hamka, 1976 : 158-160)

Tahun, 1526 Masehi, diperintahkan Fatahillah untuk merebut Banten dari Pajajaran. Pergilah Fatahillah ke Cirebon dulu beserta 2000 pasukan untuk mendengarkan nasehat dari Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) sebelum menyerbu ke Pajajaran.

Karena memang sedang terjadi kerusuhan pemberontakan yang dipelopori oleh :
Pangeran Sabakingking atau Pangeran Hasanudin (Purwaka, 23)

Tahun, 1546 Masehi, Pasukan Demak dengan Bantuan Cirebon dan Banten menyerang Pasuruan, Panarukan dan Supit Urang yang merupakan daerah-daerah penting Kerajaan Hindu-Blambangan.
Pasukan Demak mengirimkan 7000 prajurit pilihan yang dipimpin langsung oleh Fatahillah (usianya 70 tahun hingga wafat) ke tiga daerah :
1. Pasuruan
2. Panarukan
3. Supit dan Urang, ketiga daerah ini dapat dikuasai.
Tetapi Sultan Trenggono gugur.

Kemudian tahta Kesultanan Demak (1546 M – 1547 M) dipegang oleh Sunan Prawoto / Pangeran Mu’min putra dari Sultan Trenggono. Tetapi baru 1 (satu) tahun menampuk kepemimpinan Sunan Prawoto dibunuh oleh misannya : Arya Penangsang (putra dari Pangeran Seda Lepen) dengan motif dendam.

Sunan Prawoto, mempunyai putra bernama Pangeran Arya Pangiri, ini pun akan dibunuhnya oleh Arya Penangsang, tapi dapat meloloskan diri dan berlindung kepada Pangeran Hadiri (adipati Kalinyamat), yang pada akhirnya Pangeran Hadiri dibunuh oleh upahan Arya Penangsang (Hamka. 1976 : 163; Berg : 1952 : 390)

Perang Saudara yang bermula dari perebutan kekuasaan di Demak ini berlangsung kira-kira 21 tahun lamanya (1547 Masehi s.d 1568 Masehi)

Tahun, 1568 Masehi, Banten lepas dari Demak. Sultan Hasanudin sebagai Sultan pertamanya.

Perang baru berakhir setelah Jaka Tingkir (sebagai menantu Sultan Trenggono) dapat membunuh Arya Penangsang dalam satu pertempuran sengit. Jaka Tingkir dinobatkan menjadi Penguasa di Demak dengan gelar Sultan Adiwijoyo.
Pusat Pemerintahan dipindahkan ke PAJANG (1568 Masehi s.d 1586 Masehi), Jaka Tingkir memerintah selama kurang lebih 16 tahun.
Sedangkan Demak dijadikan Kadipaten dengan Bupatinya Pangeran Arya Pangiri.
Jaka Tingkir atau Sultan Adiwijoyo tewas dalam pertempuran melawan pasukan MATARAM yang dipimpin oleh Sutawijoyo.


PAJANG - MATARAM
Jaka Tingkir atau Sultan Adiwijoyo dinobatkan menjadi Penguasa di Demak (1568 Masehi s.d 1586 Masehi) kurang lebih 16 tahun memerintah Demak dengan Pusat Pemerintahan di PAJANG.

Catatan :
Kepada seluruh saudara di bumi nusantara ini, dalam hal ini Padepokan INCU BANTEN tidak memiliki sumber informasi sejarah tentang Kerajaan PAJANG dan Kerajaan MATARAM. Dimohon dengan sangat kepada saudara saudara jika ada yang memiliki baik ringkasannya sekalipun dimohon dengan sangat menghubungi alamat WebBLOG ini : http://padepokanincu.blogspot.com
e-mail.: padepokanincu@yahoo.co.id

Ujung Kulon (2)

UJUNG KULON Sastra Ujung Kulon


Prasasti Ujung Kulon
(Ti Pupuhu Nu Sejati) sumber : SANGATEN

1. Ujar-ujar panglungguhan para susuhunan
Jajar pusaka titis waris karatuan
Udagan para kusumah nyampurnakeun badan
Nyandak waris pituduh, ti Bumi Suci Banyu Rasa Kahuripan
Geusan pibekeleun para satria ngaguar cumarita sangaten

2. Kinayungan nu mawa pangadegan wahyu Cakra Ningrat
Utusan ti Pajajaran nu pasti, sanes ti Kalinyamat
Lumungsurna teu mawa jimat, tapi mibanda syahadat
Olohok lain kabengbat kunu jadi, tapi inget ka riwayat
Nalika jaman nu parantos kaliwat

3. Umbul-umbul siloka tanjung bandera
Jadi tanda pikeun balarea nu aya
Ulah pada baburia, hijikeun tekad bangsa
Nincak kana hambalan, napak dina jalanna
Gumelar dina waktuna, cumarita dina hakna

4. Kikidung nu mawa beja, warisan ti pupuhu
Ulah rek di popoho, lamun rek pada ngagugu
Lumaku lalanang jagat, lai oge dikudu-kudu
Olahan nu mikahayang, teu surti kapara guru
Nurutkeun bae kahayang, ahirna kakurung nafsu

5. Ujung Kulon waris nu pasti, panglungguhan SANGHYANG SIRAH
Jumeneng alas mawangi, titis waris Eyang Kudratullah
Ulah poho kanu pasti, waris suci ti para kusumah
Nitih wanci nu mustari, ngadegkeun amanah prasasti sejarah
Gumelar wangsit nu pasti, ngalaksanakeun pancen amanah

6. Kakayaan waris ti gusti, pikeun ngeusi jati diri
Ujian pikeun diri, ngawujudkeun ngawangun nagri
Lumaku ulah ka lali-lali, komo bari ngaku-ngaku diri
Omongan bari teu pasti, nyasarkeun kanu rek ngabdi
Nu mana nu sejati pasti, nu nyiloka ngaraksa diri



Kidung Eyang Santang (1 s.d 14)
Penggalan :
Buru-buru geura anu pundung
Ratu maung teu terang ratu
Anu ditundung ditempat ratu
Anu mangperung leungitna ratu
Anu mangperung susah payah
Putra anu bingung ………………………………

Sahadat Ujung Kulon (pernyataan/statement/janji)
Penggalan :
Ashadu sahadat ujung kulon
Pambuka ratu sakti
Ngancik suci yang mulia
Panggebray ratu ning ujung nyata
Suci kami manungsa darma titipan ……………….

Kidung Banyu Suara (1 s.d 24)
(diturunkeun di Sawojajar Bogor Tahun Alip Tanggal 13 Mulud 1970)
Penggalan :
Banyu suci anu gumelar
Banyu suci tungtung hiji
Banyu ratu cahaya suci
Nu ngawujud di bumi
Alam Sanghyang Sirah aya wujudna
Nyata manusa katembongna ………………………..

Sejarah Rama Agung Pajajaran (1 s.d 25)
Penggalan :
Jumeneng di Ujung Kulon
Gaduh Jenengan Ratu Agung Pangeran Sirna Putih
Di Ujung Kulan di sirah nusa
Nyawa kawitan nana
Sareng Ibu Agung Sanghyang Sirah

Wangsit Prabu Siliwangi (1 s.d 18)
Penggalan :
Lalakon urang ngan nepi poe iyeu
Najan diya kabehan ka ngaing pada satia
Tapi ngaing hanteu meunang diya pipilueun
Milu hirup jadi balangsak
Milu rudin bari lapar
Dia mudu marilih
Pikeun hirup kahareupna
Supaya engke jagana jembar senang sugih mukti
Bisa ngadegkeun deui Pajajaran
Lain Pajajaran nu kiwari
Tapi Pajajaran anu anyar
Anu ngadegna digeuingkeun ku obah jaman

Pilih!!
Ngaing moal ngahalang-halang
Sabab pikeun ngaing hanteu pantes jadi Raja lamun soma sakabehna
Lapar bae jeung balangsak
Terjemahan
Pilih!
Saya tidak menghalang halangi
Sebab buat saya tidak pantas menjadi Raja kalau umat semua
Selalu lapar dan susah

Kidung Ujung Kulon (1 s.d 32)
Penggalan :
Uwung uwung awing awing
Bumi leungit keur gumulung
Dilebet rasiah gumulung
Muhammad jadi kukuncung

Kukuncung nyatana tungtung
Sanes bukti jadi maung
Tapi bukti terang
Kukuncung putih anu nulung
……
Ujung Kulon rahasiah Muhammad
Jadi manusa Muhammad
Tepi ka ratu ujung Muhammad
Jadi kulon abdi Muhammad
……
Sanghyang Sirah Muhammad
Sirah eling raga Muhammad
Leungeun welasna raga Muhammad

Pajajaran (3)

PADJADJARAN
Prasasti Batu Tulis :
Benteng Pakwan 1455 saka

Wangna pun ieu saka kala
Prabu Ratu Purane … Pun … Diwastu
Diya wingaran (dingaran) Prabu Guru Dewata Prana
Diwastu diya wingaran (dingaran)
Sri Baduga Maharaja Ratu Haji Di Pakwan Pajajaran
Sri Sang Ratu Dewata … Pun … Ya nu nyusuk na Pakwan
Diya anak Rahyang Dewa Niskala Sang Sidamokta di Gunatiga
Incu Rahyang Niskala Wastu Kancana Sang Sidamokta
Ka Nusa Larang ya siya nu nyinyan sasaka
La gugunungan ngabalay nyinyan samida
Nyinyan Sanghyang Talaga Rena Mahawijaya
Ya Siya Pin I Saka, Panca Pandawa Bumi

Mugia salamet ieu tanda paringetan keur (ti tingal ti)
Prabu Ratu Suwargi
Inyana di istrenan kalawan inyana nu nyieun susukan (pari)
Di Pakwan inyana anak Rahyang Dewa Niskala
Nu di kurebkeun di Nusa Larang
Inyana nu nyieun paringetan (mangrupa)
Gugunungan, ngawangun jalan nu di balay ku batu
Nyieun samida, nyieun Sanghyang Talaga Rena Mahawijaya
Nya inyana (nu nyieun eta sakabeh)
(di jieun) dina (taun) saka 1455

Benteng Pakwan
Nu di jieun ku Sri Baduga Maharaja…….

BADUY/RAWAYAN (4)

Sumber : Sejarah dan Tradisi Prabu Siliwangi
Kolonel Djadja Suparman, Bandung 1988.
Deden Sulaeman (putra dari Kolonel djadja Suparman), Bandung 2004


Apakah masyarakat Baduy pernah berhubungan dengan Raja Pajajaran Sili(h)wangi itu ……
Entah dalam bentuk persekutuan, entah dalam bentuk perhambaan …?

Dalam Naskah Cariosan Prabu Siliwangi di ceritakan bahwa Siliwangi mengadakan hubungan persekutuan dengan 7 (tujuh) Raja :
1. Raja Ponggang
2. Raja Singapura (Cirebon)
3. Sumedang
4. Kawali
5. Panjalu
6. Pekalongan
7. Blambangan

Nama Sultan Banten tidak disebut
Tentang pendirian Kerajaan Pajajaran Periode 1133 dan 1533

Bagaimana pandangan orang Baduy tentang diri nereka sendiri, atau dimana mereka menempatkan diri di alam semesta …?

Dari Jaro Sarpin :
Bulan Kawalu, Bulan Karuhun, Wang Tua Urang, Para Dalem Parabu Siliwangi asup jadi urang Pakwan nyaeta MAUNG

Dipenta ku Jaro Kasalametan :
Bisa ngarengkakeun jelema, Manehna ngarengkakeun jelema, Ngajagi – Ngaraksa Umat-umat na

Jaro lamun puasa :
Titipan urang Pakuan, Di urus dina bulan kawalu ditanggal 18 (delapanbelas), Hayang Cunduk, Cimarang Aturan, Cimarang Maca, Jaja Kertana, Anak Umat-umat, Anak Putu-putu sakabeh, Anak putu Kanjeng Nabi Muhammad, Sakabeh bangsa Cina, Balanda, Supaya Jaja Kertana, Salamet dirina, Jaja Perangna, Parek Rejekina.

Pernyataan tadi disebut :
Ngukus Ratu Nyaja Menak, Dina waktu sakitu tah tili bulan di urus, Ditutup sina bulan Silih Haji, Bulan katiga tanggal 27 (dua puluh tujuh) Bontot Kamancing

Garis besar dari Self Identification orang Baduy :
Dunia terbagi 2 (dua) bagian :
1. Masyarakat Baduy yang sacral (bagian yang sakral)
2. Masyarakat Non Baduy (bagian profan)
Dalam tradisi disebut :
Pulau Banten, Nagara Telung Puluh, Salawe Panca Nagara, Sakolong Salangit, Satangkarak Lemah

Dari Sejarah ……
Pajajaran pernah menguasai Banten Utara (tidak diketahui tahunnya)
Tahun, 1526 Masehi, Demak sudah berkuasa di Banten Utara.

Jadi ……
Orang Baduy mengetahui nama :
Pakwan (Pakuan), Pajajaran, dan, Siliwangi

Nama-nama ini dimasukkan kedalam MITE (tangtu Tilu anu Ngurusan, Jaro Dampa anu Napa-an)

Tradisi Ki Yasin Jaro Dangka :
Tina mimitina alam dunya aya jelema ngan PUUN, sakureun dua, BIKANG jeung LALAKI.
PUUN Cikeusik eta PUUN Dua, boga anak jadi SULTAN BANTEN kajeroan kabeh sa incu-incuna ti PUUN BIKANG.
Anak PUUN Cikeusik jadi PUUN Cibeo, jeung PUUN Cikartawana.
PUUN Cibeo boga anak :
1. Nabi Adam, (boga deui putra)
2. Kanjeng Nabi Muhammad.

JADI……
Nabi Adam jeung Nabi Muhammad INCU PUUN CIKEUSIK.
(versi baduy dalam)

Ceuk PUUN Cibeo, ka anakna Kanjeng Nabi Muhammad :
Hayu sia kudu ayeuna ngaramekeun nagara, Kudu ngadegkeun masigit bagoang di Makkah, Kudu make solat Kusban, Ajian, Rewah, Mulud, Tapi ulah campur jeung aing … kudu ngaramekeun Nagara bae …

Ceuk Kanjeng Nabi Muhammad :
Heug …… tapi para buyut kabeh kudu dicekelan ku kaka nyaeta Nabi Adam,
Jadi kaka eta, kudu :
Ngasuh Ratu Ngajaga Menak, Sakurung ning langit, Satangkarak ning lemah nagara, Kudu dicekel para buyutna ku kaka, ku Nabi Adam.

Kesimpulan tadi :
Ibarat demikian, dunia ramai yang profane itu, dengan kesibukan pembangunan dan perkembangan, dengan segala keruwetan, dengan laut, dengan guruh itulah muncul Pulau Kecil,
--- MASYARAKAT BADUY YANG SAKRAL ---
Tempat awal dunia semesta dan tempat awal umat manusia.

Masyarakat kecil ini merasa bertanggung jawab atas keselamatan semua orang yang sibuk berlayar dilautan yang dahsyat itu,
Hubungan mereka dilaut adalah :
Hubungan damai, Hubungan persaudaraan tanpa unsur antagonistik.

Andai orang BADUY / RAWAYAN fasih berbahasa inggris :
--- PLEASE … LEAVE ME ALONE ---

Orang BADUY mengatakan :
Jelema Kanekes Tara Taluk ku Gupernemen,
Artinya :
Orang BADUY bukan mau berontak, mereka mau mempertahankan identitasnya sebagai kelompok dalam hidup masyarakat yang sesuai dengan pandangan religius dan Sosio-Budaya dari mereka sendiri.

KHAS BADUY :
Jampena :
Ngungkung goong sakar gadang, asmara jeung singa jaya, goong sieum dating deui, mangka tetep, mangka langgeng, mangka hurip singa jaya.

Kacara Bangbang
Tapi euweuh nu enggal, cara riweung bae, kubaris kolot, panamping, jaro gupernemen ditangkisan deui kanu boga.

JADI ……
SILI(H)WANGI tidak main peran yang berarti dalam hidup sosio-budaya dan pandangan religius orang Baduy. Hubungan Abdi dengan Pemerintah dan Hubungan Baduy dengan Gupernemen berbeda sekali.

Orang BADUY dan SILIWANGI (5)

Orang BADUY dan SILI(H)WANGI
Sili(h)wangi dikami euweuh tuturunan nana, da …… tuturunan Sili(h)wangi mah aya di Bogor.
Ratu Banten kiranya bukan penguasa orang Baduy, dan Raja-raja Siliwangi bukan karuhun orang Baduy.
Tradisi lisan orang Baduy tidak menuturkan Siliwangi / tentang Siliwangi.

PRABU SILI(H)WANGI
Atau :
Raja Purana, Prabu Guru Dewata Prana, Sri Baduga Maharaja,
Ratu Haji di Pakuan Pajajaran
1474-1513

Siliwangi :
Purwaka Caruban Nagari :
Adalah seorang Raja Agung yang berkuasa di Pakuan Pajajaran.

Bergelar :
Prabu Sili(h)wangi --- putra --- Prabu Angga Larang.
Dari Galuh Wansanja.

Keratonnya :
Surawisesa di tanah Parahyangan sebelah timur.

Siliwangi
Pada kanak-kanak bernama : RADEN MANAH RASA
1. Maha Raja Admulia
2. Maha Raja Galuh Pakuan
3. Prabu Ciung Wanara
4. Sri Ratu Purbasari
5. Sang Lingga Hyang
6. Prabu Lingga Wesi
7. Prabu Wastu Kencana
8. Prabu Susuk Tunggal (mempunyai putri : Ratu Kentring Manik)
9. Prabu Banyak Larang
10. Prabu Banyak Wangi
11. Sang Mundhingkawati
12. Prabu Angga Larang
13. Prabu SILI(H)WANGI


SANG RATU PAJAJARAN
IBU SINUHUN
PRABU SILI(H)WANGI
Punya putra 3 (tiga) :

1. Raden Walangsungsang
Alias :
Pangeran Cakra Buana, Pangeran Cakra Bumi, Prabu Kian Santang, Haji Abdullah Iman, Syeh Duliman.

2. Nyai Lara Santang
Alias :
Nyi Dalem Santang, Rara Santang, Nyai Eling, Syarifah Mudaim.

3. Raja Sangora/Senggara.

Raden Walangsungsang alias Prabu Kian Santang
(ngilari ilmu sarengat --- Islam), mencari ilmu Islam pada Syeh Nurjati seorang pertapa di Bukit Amparan Cirebon (berasal dari Mekkah/Baghdad). Dalam perjalanannya Prabu Kian Santang bertemu seorang Pendeta Budha bernama Danu Warsi dan berguru +/- 1 (satu) bulan pada Resi Danu Warsi.

Prabu Kian Santang, punya adik perempuan Nyai Lara Santang alias Rara Santang, sedih ditinggalkan kakaknya dan kemudian meninggalkan Istana Pajajaran. Dari perjalanannya Rara Santang sampai di Tangkuban Perahu dan bertemu dengan Nyai Sekati, kemudian diberi petunjuk agar menemui pertapa AJAR SASMITA atau Resi Danu Warsi di Gunung Silawung. Lara Santang diganti namanya Nyai Eling, dan diramalkan akan mempunyai anak yang akan menaklukan seisi bumi---langit, yang anaknya akan menjadi WALI.

Akhirnya Lara Santang sampai ke Gunung Merapi dan bertemu dengan kakaknya Raden Walangsungsang alias Prabu Kian Santang di tempat Resi Danu Warsi (Ajar Sasmita).

Pada saat Raden Walangsungsang belajar pada Sang Danu Warsi (Ajar Sasmita), Walangsungsang dinikahkan dengan Putri dari Danu Warsi bernama INDANG GOLIS alias INDAH AYU.

Raden Walangsungsang berganti nama Samdullah pada saat berguru pada Resi Danu Warsi.

Prabu Siliwangi bersedih, karena semua putranya meninggalkan Istana, Prabu memerintahkan para Patih untuk mencari putranya, berkat kesetiaan para Patih dalam mencari putra Prabu Siliwangi hingga akhirnya tidak pernah kembali ke Kerajaan / Istana.

Yang pada akhirnya……
Prabu Siliwangi pun mengetahui kedatangan cucunya bernama Syarief Hidayatullah Sunan Gunung Jati (putra dari Nyi Lara Santang / Rara Santang), ia merasa malu kalau sampai takluk kepada seorang cucunya.

Pusaka Prabu yaitu SEBILAH CIS telah ia ambil dan dibawa ketengah alun alun seraya …… membaca mantera AJI SIKIR.
CIS ditancapkan ke tanah, seketika Negara dan Rakyat Pajajaran lenyap menghantu, tinggal sebuah Balai Raja yang tampak.
Pusaka CIS berubah pula menjadi kayu LIGUNDI HITAM.

Terkena ucapan SYARIEF HIDAYATULLAH SUNAN GUNUNG JATI Orang Pajajaran berubah menjadi sebangsa hantu menjadi HARIMAU …… Selama kayu LIGUNDI HITAM itu tidak di cabut, mereka belum akan kembali menjadi Manusia.

Setelah itu Syarief Hidayatullah Sunan Gunung Jati pergi ke Lebak Sungsang menemui Pangeran Cakra Buana alias Raden Walangsungsang alias Prabu Kian Santang yang sedang bertapa sambil bersawah, Pangeran Cakra Buana diminta pulang ke Cirebon untuk menghadiri pertemuan para Wali (babad cirebon)

Babad Banten (6)

BABAD BANTEN :

1. Nabi Adam
2. Nabi Sis
3. Nabi Yunus
4. Kinayah
5. Malik
6. Pasir
7. Nabi Idris
8. Saleh Lamake
9. Nuhud
10. Asim
11. Paseh
12. Palih
13. Rumi
14. Saro
15. Pakir
16. Najur
17. Nabi Ibrohim
18. Nabi Ismail
19. Sabit
20. Yahyar
21. Yurad
22. Japat
23. Manawi
24. Ubad
25. Malob
26. Ud Al Muhar
27. Galib
28. Asim
29. Abdul Manap
30. Asim
31. Abdul Mutolib
32. Abdullah
33. Nabi Muhammad
34. Fatimah Aj Jahra
35. Husen
36. Zaenul Abidin
37. Zanul Kubra
38. Jumadil Kubra
39. Jumadil Kabir
40. Sultan Bani Israil
41. MAHDUM GUNUNG JATI

Penyabar Islam Di Jawa Barat (7)

TOKOH – TOKOH
PENYEBAR ISLAM DI JAWA BARAT
asal keturunan :

PRABU SILIWANGI X RATU SUBANG LARANG
(1482 – 1521)
jalur anak :

Pangeran Cakra Buana
Alias :
Raden Walangsungsang, Prabu Kian Santang
Mengislamkan BANTEN GIRANG dekat Serang, dank e Gunung PuloSari dimana terdapat perkampungan yang dikepalai Prabu Pucuk Umun.
Dan
Sunan Gunung Jati
Alias :
Syarief Hidayatullah, mengislamkan Jawa Barat.

Perjalanan Nyai LARA SANTANG (8)

Nyai Lara Santang menikah dengan SULTAN BANI ISRAIL atau SULTAN MAHMUD dan mempunyai anak Syarief Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).

Raden Walangsungsang alias Prabu Kian Santang dan adiknya (Nyai Lara Santang), berguru Agama Rosul (Islam) di Bukit Amparan Jati Syekh Nurul Jati (Makkah/Baghdad), selama 3 (tiga) tahun. Dan mendirikan Pedukuhan di Kebon Pasir.

Selama perjalanannya Prabu Kian Santang alias Raden Walangsungsang berganti nama Pangeran Cakra Bumi. Pergi ke Makkah diganti kembali namanya HAJI ABDULLAH IMAN.

Nyai Lara Santang pegi ke Mekkah bersama Kakaknya Raden Walangsungsang alias Prabu Kian Santang, dan Nyai Lara Santang diganti namanya SYARIFAH MUDAIM, kemudian diperistri oleh Maulana Sultan Machmud yaitu Syarief Abdullah (putra dari : Ali Nurul Alim wangsa Hasyim dari Bani Israil).

SYARIFAH MUDAIM alias Nyai Lara Santang inilah ibunda dari Sunan Gunung Jati alias Syarief Hidayatullah, pelopor penyebar Islam (Agama Islam) yang utama di Jawa Barat.


1482 – 1521
(RADEN MANAH RASA)
SRI BADUGA MAHARAJA PRABU SILI(H)WANGI
X
RATU SUBANG LARANG
(putra dari : Ki Ageng Tapa Mangkubumi, Singapura Cirebon)
punya putra 3 (tiga) :

1. Raden Walangsungsang
Alias : Prabu Kian Santang, Pangeran Cakra Buana, Pangeran Cakra Bumi, Haji Abdulah Iman, Syeh Duliman
2. Nyai Lara Santang
Alias : Nyai Dalam Santang, Rara Santang, Nyai Eling, Syarifah Mudaim
3. Raja Sangora / Senggara


NYAI LARA SANTANG menikah dengan SYARIF ABDULLAH
mempunyai putra :

SYARIF HIDAYATULLAH
(SUNAN GUNUNG JATI)
alias : Madi Kurullah
menikah dengan NHAY KAWUNG ANTEN
mempunyai putra :
1. PANGERAN HASANUDIN
alias : Pangeran Sabakikngkin
(Sultan Banten Pertama)
2. RATU WINAON








Nabi Muhammad SAW
Fatimah Aj Jahra X Saidina Ali

Imam Hasan
Punya keturunan bergelar : HABIB / HA BA IB

Imam Husen
Punya keturunan bergelar : SYARIF
1. SYARIF ZAENUL ABIDIN
2. SYARIF ZAENUL KUBRA
3. SYARIF ZAENAL JUMADIL KUBRA
4. SYARIF JUMADIL KABIR
Alias :
Syarif Bani Israil, Syarif Ali Nurul Alim

5. SYARIF ABDULLAH
Alias :
Maulana Sultan Machmud, Sultan Bani Israil.
Menikah dengan :
NYAI LARA SANTANG
Alias :
Syarifah Mudaim

Mempunyai putra :
SYARIF HIDAYATULLAH (Sunan Gunung Jati)

Asal Mula Sesebutan SILI(H)WANGI (9)

ASAL MULA SESEBUTAN
SILI(H)WANGI


Sesebutan Prabu Wangi setelah peristiwa perang BUBAT atau Pasundan BUBAT (peristiwa yang sangat menyedihkan).

Maha Raja Lingga Buwana Wisesa (Mokteng Bubat)
Sang Maha Raja Sunda Galuh mulai dinobatkan menjadi Raja Sunda pada tahun 1350.
Mempunyai seorang putrid yang amat cantik bernama : NYAI CITRA RESMI, anak dari Nyai Lisning.

Pada Tahun 1357, Sang Maha Raja gugur di BUBAT diwilayah Majapahit. Semula Sang Prabu (Sang Maha Raja) berkeinginan akan menikahkan putrinya dengan : Maha Raja Sri Raja Sanagara atau Hayam Wuruk, begitu pula sebaliknya keinginan Sang Prabu Majapahit, amat mendambakan seorang istri yang sepadan dengan wibawa serta kharismanya.

Namun setelah sampai pada sat yang telah di musyawarahkan keduanya, Nyai Retna Citra Resmi dijadikan bentuk upeti oleh ulah Maha Patih Mada. Hal ini menimbulkan rasa sedih bagi diri sang putrid, dan peristiwa ini terjadi hanyalah semata-mata ulah Sang Maha Patih Mada.

Akhirnya……
Keduanya (Maha Raja Sunda) dan pasukan Patih Mada, tidak lagi bias menahan amarahnya. Bala tentara Majapahit segera di perintahkan untuk menyergap Duta Maha Raja Sunda. Sang Maha Raja sunda menyaksikan keadaan itu tertegun sambil menundukan kepalanya.

Pada pikirannya :
Tak akan kuat menghadapi sergapan Bala Tentara Majapahit yang besar serta tidak terbilang itu.

Ada yang mengendarai GAJAH dipimpin langsung oleh Patih Mada, Kuda dan Kereta menyerang untuk menangkap Maha Raja Sunda.
Namun……
Daripada mati tanpa perlawanan membela kebenaran, bukanlah sifat kepahlawanan dan tidaklah sudi menerima kedaulatan Majapahit. Dengan kekompakan luar biasa Bala Tentara Sunda tanpa sisa GUGUR hingga mempertahankan titik darah penghabisan.

Melihat gelagat demikian……
Sang Putri Nyai Retna Citra Resmi berbuat nekad dari pada hidup nanti sebagai perempuan boyongan, lebih baik mati dan bunuh diri.
Pejabat Sunda yang gugur
(dan diberi Gelar dengan sebutan PRABU WANGI) :

1. Tumenggung Larang Agung
2. Mantri Sohan
3. Mantri Saya
4. Ki Rangga Kaweni
5. Mantri Usus (ajudan pribadi Maha Raja)
6. Senopati Setra Jali
7. Mantri Siring
8. Ki Jagat Paya
9. Ki Wirayuda
10. Ki Nahkoda Braja
11. Ki Nahkoda Bule
12. Ki Juru Astra
13. Ki Sebrang Keling
14. Ki Supit Kelingking
15. Sang Prabu
16. Sang Putri (Nyai Retna Citra Resmi)

Sedangkan Sang Raja Hayam Wuruk (Raja Sanagara) sangat sedih kehilangan Putri Idaman yang ia impikan Dewi Citra Resmi yang selalu terbayang di kelopak mata.

Maha Raja Lingga Buwana Wisesa :
Meninggalkan seorang anak laki-laki : Niskala Wastu Kencana, yang baru berusia 9 (sembilan) tahun.

Maha Raja punya adik :
Mangkubumi Suradipati, alias :
Sang Bunisora, Sang Batara Guru dari Jampang dan dimakamkan di daerah Geger Omas.

Pada tahun 1372, Niskala Wastu Kencana, dinobatkan menjadi Raja (SUNDA dan GALUH).
Dan bergelar :
Maha Raja Prabu Niskala Wastu Kencana,
Prabu Resi Guru Buwana Tunggal Dewata,
Prabu Sili(h)wangi

PRABU SILI(H)WANGI
Adalah gelar seorang Raja, karena Raja tersebut mampu memiliki :
1. Nama yang harum.
2. Mempersatukan Seluruh Rakyat Jawa Barat.
3. Memberi Kesejahteraan dan Kertana Harja Rakyat.
4. Adil dan Bijaksana.

Selama memerintah Sang Niskala Wastu Kencana, bersemayam di :
Keraton Sura Wisesa, sebagai ibukota Kerajaan GALUH di Kawali

Gelar Prabu SILIWANGI (10)

Sang Niskala Wastu Kencana, menikah dengan :
1. Nyai Retna Sarkati
(seorang anak Resi Guru dari Lampung-Sumatra)
Mempunyai anak :
a. Prabu Susuk Tunggal, mempunyai putri : Kentring Manik
b. Haliwungan.
2. Nyai Retna Mayang Sari
Mempunyai anak :
a. Sang Ningrat Kencana, alias Prabu Dewa Kencana
b. Nyai Ageng Sura Wijaya Sakti

Selama memerintah :
SANG NISKALA WASTU KENCANA
Bersemayam di Keraton Surawisesa
Sebagai Ibukota Kerajaan Galuh di Kawali.

Menikah dengan :
1. Nyai Ratna Sarkati
(seorang anak Resi Guru dari Lampung-Sumatra), mempunyai 2 (dua) putra :
a. Prabu Susuk Tunggal
Mempunyai putri : Kentring Manik, menikah dengan Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi, alias Prabu Dewa Wisesa.
b. Haliwungan
2. Nyai Retna Mayangsari
Mempunyai anak :
a. Sang Ningrat Kencana
Alias : Sang Prabu Dewa Kancana
Adalah……putra Mahkota (Sang Prabu Ningrat Kancana) di Keraton Galuh Pakuan, diberi gelar : Sang Prabu Dewa Niskala (memerintah selama 7 Tahun)
b. Nyai Ageng Surawijaya Sakti
Dinobatkan jadi : Mangkubumi Singapura (daerah Marta Singa, dekat Cirebon)
c. Syah Bandar (Muara Jati) Pertama
d. Ki Ageng Tapa (Muara Jati) Kedua



Putra Mahkota dari Nyai Retna Mayangsari adalah :
SANG NINGRAT KANCANA
Alias :
Sang Prabu Dewa Kancana, Sang Prabu Dewa Niskala.
Melanggar tekad dengan menikahi putri dari Majapahit.

Dan digantikan oleh putranya : Sang Prabu Dewa Wisesa
Alias : Sang Prabu Guru Dewata Prana

Atas restu dari PRABU SUSUK TUNGGAL
Sang Prabu Dewa Wisesa dinobatkan Jadi Raja Pakuan, karena menikahi Putri Prabu Susuk Tunggal (Ratu Kentring Manik).
Dan……

Sang Prabu Dewa Wisesa diberi gelar : SRI BADUGA MAHARAJA
Di Keraton : Bima……
Dengan Singasana : Sriman Sriwacana
Memerintah : Selama 39 Tahun
Wafat : Di Ranca Maya

Dan kemudian diberi gelar kembali :
SANG PRABU SILI(H)WANGI, karena memimpin 2 (dua) Kerajaan “ SUNDA” dan “GALUH” dan satu-satunya yang mampu.


PRABU SUSUK TUNGGAL
Punya anak:
1. Prabu Amuk Murugul
Adalah : Raja Japura (sebelah Timur Cirebon)

2. Kentring Manik
Menikah dengan :
Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi (1482-1521)
Mempunyai putra :
a. Surawisesa Jaya Prakosa (Guru Gantangan 1521-1535)
b. Dan putra-putra lainnya (dipaparkan secara lengkap di Sejarah Banten)



ISTRI – ISTRI PRABU SILI(H)WANGI
--- SRI BADUGA MAHARAJA ---

1. Kentring Manik
Putri Prabu Susuk Tunggal (Pakwan Pajajaran)
2. Ratu Subang Larang
Putri Ki Ageng Tapa Mangkubumi (Singapura Cirebon)
3. Ambet Kasih
Putri Ki Gedeng Sindang Kasih (di Sindang Kasih)
4. Ratnasih
Raja mantra dari (Sumedang)

1482 – 1521
Prabu Siliwangi menikah dengan Nyi Subang Larang
Mempunyai Keturunan :
1. Raden Walangsungsang
Pangeran Cirebon

2. Nyi Lara Santang (Rara Santang)
Menikah dengan : Raja Bani Israil, mempunyai keturunan : Sunan Gunung Jati.

Sunan Gunung Jati, menikah dengan :
a. Ratu Kawung Anten
Mempunyai putra : Pangeran Hasanudin (menurunkan Raja Banten)

b. Ratu Babadan
Mempunyai putra : Pangeran Pasarean (menurunkan Raja Cirebon)

Catatan :
Tahun 1526,
Banten memisahkan diri dari induknya Pajajaran.

Tahun 1529,
Peperangan Sultan Gunung Jati dengan pasukan Raja Galuh Pakuan, karena tidak mau mengakui kedaulatan pakuan, ini terjadi setelah Prabu Siliwangi wafat.

Tahun 1568,
Banten memisahkan diri kedua kalinya dari Cirebon.

Tahun 2000, 14 November,
Banten memisahkan diri dari Jawa Barat.

Prabu KIAN SANTANG

Sumber : Penelusuran atas aktivitas ajaran dan jejak para Wali
Adib Fanani, MM
Dari : AMI (Al Fakir Mahdi Hasan Al Qudratillah Al Muqodam)

SYEIKH MURSYAHADATILLAH AL-CHIRBONI

Menurut babat, Syeikh Mursyahadatillah yang nama ali ketika mudanya Pangeran Walangsungsang adalah putra Raja Pajajaran IX, lengkapnya

Pangeran Walangsungsang bin Prabu Siliwangi bin Raja Mundingkawati bin Angga Larang bin Banyak Wangi bin Banyak Larang bin Susuk Tunggal bin Wastu Kencana bin Lingga bin Linggahiang bin Ratu Sari Purba bin Raja Ciung Wanara.

Disamping itu masih ada beberapa julukan lain, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Gagak Lumayung, Nama julukan ketika menjadi Pendekar

2. Pangeran Cakrabuana, Nama julukan setelah berhasil menyempurnakan ilmu cakrabirawa warisan dari MBAH KUWU SANGKAN dan babat tanah Cirebon

3. Somadullah, Nama julukan karena mampu menyelesaikan pendidikannya di Samodra Pasai dan Jazirah Arab

4. Abdullah Iman, Nama julukan yang diberikan sang Guru sekembalinya ia menunaikan ibadah Haji di Tanah Suci Mekkah

5. Sri Mangara, Nama julukan ketika ia di anggkat menjadi kuwu Cirebon menggantikan sang mertua Ki Gde Alang alang

6. Syeikh Mursyahadatillah, Nama julukan setelah menghabiskan hari-hari tuanya untuk kerja da’wah

Sementara Ibunya bernama Ratu Subang larang atau Subang Rancang Putri Ki Gedeng Tapa Mangkubumi Singapura atau Martasinga yang memeluk agama Islam di Pesantren Quro Kerawang asuhan Syeikh Maulana Hasanuddin bin Yusuf Sidiq Al Sinni.
Ibunya merupakan pelanjut perintisan Islam di Cirebon hasil didikan pamannya yang menjadi peletak dasar tumbuh dan berkembangnya penganut-penyiar agama Islam ditatar Sunda, dikenal sebagai Syeikh Baharuddin alias Syeikh Maulana Syafiuddin alias Haji Purwa alias Ki Gde Bratalegawa.

Pangeran Cakrabuwana lahir dikeraton Pajajaran bertepatan dengan Tahun 1423 Masehi. Pada masa mudanya ia memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik, kurang lebih 17 tahun lamanya ia hidup di Istana Pajajaran. Setelah dewasa ia melarikan diri dari Istana dan pergi menuju Gunung Dihyang yang terletak di Padepokan Resi Danuwarsih, masuk wilayah Parahiyangan Bang Wetan. Resi Danuwarsih adalah seorang Pendeta Budha yang menjadi penasehat Keraton Galuh, ketika Ibukota Kerajaan masih di Karang Kamulyan Ciamis. Sulit dibayangkan bagaimana keteguhan Sang Pangeran yang muslim, berguru kepada seorang Pendeta yang secara lahiriah masih beragama Budha. Mungkin saja secara hakiki sang Danuwarsih sudah Islam meskipun tingkah lakunya masih Hindu-Budha. Tetapi yang Jelas kedatangan Putra Sulung Prabu Siliwangi di Padepokan Gunung Dihyang disambut suka cita oleh pendeta Danuwarsih. Dan untuk menyempurnakan kegembiraan tersebut, sang Guru menikahkan putrid satu-satunya yang bernama Endang Geulis.
Darinyalah lahir seorang putri yang bernama Nyai Mas Pakungwati yang kelak kemudian hari menjadi permaisuri Kanjeng Sunan Gunung jati.

Menurut naskah Pustaka Negara Kretabumi, diterangkan bahwa tempat Padepokan Ki Gde Danuwarsih adalah Parahiyangan Bang Wetan.
Sementara menurut penelitian Yosrph Iskandar yang diprakarsai LEMLIT UNPAS disebutkan bahwa di kaki Gunung Dieng terdapat beberapa situs Pangeran Cakrabuwana :
Pertama, Makam keramat Sembah Wali Tanduran, yang diduga bekas petilasan Sang pangeran pajajaran.

Kedua, Makam Pajajaran dibukit Sigabung, diperkirakan petilasan tempat Pangeran Cakrabuwana melakukan tafakur untuk mencari jati diri dan Sangkan Paraning Dumadi.

Ketiga, Makam Pajajaran di Pacalan Kampung Sebelas, diyakini sebagai tempat tinggal Putra Mahkota Kerajaan Pajajaran.

Setelah melihat peta lokasi, petilasan-petilasan tersebut dapat dihubungkan melalui garis lurus, terbentang antara gunung Dieng sampai Cirebon. Berdasarkan identifikasi tersebut, mungkin saja Pangeran Cakrabuwana pernah tinggal di Padepokan agama Budha di datran tinggi Dieng atau barangkali pada masa itu dataran tinggi Dieng masih termasuk wilayah Parahiyangan Bang Wetan sebagaimana diterangkan dalam naskah Pustaka Negara Kretabumi.

Disamping mendapatkan keturunan dari putrid Ki Gde Danuwarsih, Pangeran Cakrabuwana juga memperoleh beberapa putra dari istri yang lain yaitu :
1. Dari Putri Kamboja,
Nyai Mas Sejati dikaruniai 7 (tujuh) orang anak antara lain :
1. Nyai Mas Rara Kanda
2. Nyai Mas Rara Sejati
3. Nyai Jati Marta
4. Nyai jamaras
5. Nyai Mas Campa
6. Nyai Rasa Melasi
7. Nyai Mas Merta Singa.

2. Dari Putri Ki Gde Alang-alang,
Yang bernama Nyi Mas Ratna Riris dikaruniai seorang anak yang bernama Pangeran Carbon yang kemudian dibesarkan dibawah asuhan kakanya di Cirebon Girang

3. Dari Putri Ki Gde Suranaya,
Penguasa Sidapurna yang bernama Nyi Mas Wandansari dikaruniai seorang anak yang bernama Maulana Arifin. Maulana Arifin inilah yang kelak berjodoh dengan adiknya Ki Gde Loragung yang bernama Nyi Mas Ratu Selawati

Selain Panglima Ulung, Pangeran Cakrabuwana adalah pencipta Kebudayaan pasundan Islami.
Dalam masa 4 abad lamanya yaitu menaklikan Pajajaran, Keraton Ayahandanya yang Hindu. Karena itu ia diberi gelar kehormatan Pangeran Cakrabuwana.

Pangeran Cakrabuwana mulai memerintah Cirebon pada tanggal 1 Suro tahun 1445 Masehi. Waktu itu ia belum mencapai usia 22 tahun. Memang masih terlalu muda, tetapi ia mampu memegang kendali pemerintahan selama 38 tahun sejak tahun 1445 hingga tahun 1479.

Pangeran Cakrabuwana, adalah orang kuat dalam catatan sejarah Islam Tanah pasundan, ia bukan saja dikenal sebagai penakluk dan Panglima Perang yang ulung dan sukses, tetapi juga memiliki criteria kepeloporan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban yang sangat tinggi. Ia senantiasa menaruh perhatian besar terhadap berbagai macam Ilmu Pengetahuan, Sastra dan Seni Budaya, melestarikan dan mengembangkannya.

Ayahnya, Prabu Siliwangi telah mencurahkan perhatian dan mendidiknya dengan Ilmu Kemiliteran, Politik dan Kesaktian sejak kecil. Dan demi mencerdaskannya ia diserahkan kepada ulama-ulama besar pada zamannya yang menguasai bidang kajian Ilmu Agama Islam, Sastra, Falak dan Kesaktian. Mereka adalah :
Syeikh Qurotullain, Syeikh Nurjati, Syeikh Bayanillah, Ki Gde Danuwarsi, Ki Gde Naga Kumbang dan Ki Gde Bango Cangak dsb.

Ketika Prabu Siliwangi masih memerintah di Kerajaan Pajajaran, Pangeran Cakrabuwana sebagai anak masih menaruh rasa hormat dan segan kepada Kerajaan Pajajaran. Tetapi ketika Ayahandanya telah tiada, rasa hormat dan keseganan Cirebon kepada pajajaran menjadi sirna. Prabu Surawisesa sebagai penerus Sang Prabu Siliwangi benar-benar harus berpikir dan bekerja keras untuk mempertahankan kejayaan Kerajaan Pajajaran.

Panji-panji Islam mulai berkibar di Cirebon, Kuningan, Majalengka, Indramayu, Subang, Sumedang, Purwakarta, Kerawang, Priangan, Bogor yang kemudian merambat ke BANTEN.
Dengan demikian wilayah Keraton Cirebon menjadi satu antara bagian utara dan selatan, antara Cirebon dan Banten. Dan Ibukota Kerajaan Cirebon dipindahkan ke Lemah Wungkuk. Disanalah kemudian didirikan Keraton baru dinamakan Keraton Pakungwati.

Sumber-sumber setempat menganggap pendiri Keraton Cirebon adalah Pangeran Cakrabuwana. Namun, orang yang berhasil meningkatkan statusnya menjadi sebuah Kesultanan adalah Syeikh Syarif Hidayatullah yang oleh Babad Cirebon dikatakan identik dengan Sunan Gunung jati. Sumber ini juga mengatakan bahwa Sunan Gunung jati adalah keponakan dan pengganti Pangeran Cakrabuwana. Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan juga Banten.

Sementara kehidupan Pangeran Cakrabuwana dimasa tuanya memang sesuai dengan kehidupan orang-orang darwis. Ia selalu mengembara ke berbagai tempat. Sekali waktu ia diberitakan berada di pajajaran dan dijuluki sebagai Garantang Setra Walangsungsang . Pada saat lain lagi diberitakan pula bahwa ia sudah berada di bagian kulon jawa dikenal dengan julukanPangeran Gagak Lumayung, dan pada kesempatan lain ia sudah berada di kawasan Cirebon terus dikenal dengan nam Syeikh Mursyahadatillah. Di bagian Jawa Barat bagian Selatan ia mengumumkan dirinya dengan nama Sunan Rahmat Suci.

Akhirnya pada Tahun 1529 masehi, Pangeran Cakrabuwana yang dikenal dengan Syeikh Mursyahadatillah pulang Kerahmatullah. Kehilangan “Wong Agung Cirebon Seuweu Siliwangi”.
Pangeran Cakrabuwana alias Haji Abdullah Iman alias Somadullah alias Syeikh Mursyahadatillah yang sangat disegani dikawasan timur, mempengaruhi suasana duka kerabat Keraton Cirebon. Dialah yang sebenarnya direstui Sri Baduga Maharaja Siliwangi untuk menjadi Penguasa Kerajaan Pakungwati Cirebon sebagai Sri Mangana.
Dialah peletak dasar fondasi Islam di Jawa Barat. Tanpa bimbingan dan kerelaan hati dirinya, tidak myngkin Syeikh Syarif Hidayatullah naik tahta menjadi Susuhunan Jati, walaupun didukung oleh para Wali Songo lainnya. Dialah sebagai pelindung posisi Syeikh Syarif Hidayatullah sebagai anak adiknya, dan sekaligus sebagai menantunya.

Pangeran Cakrabuwana atau Mbah Kuwu Sangkan atau Syeikh Mursyahadatillah dimakamkan di Keramat Gunung Sembung yang telah dibangun sebelumnya di atas Komplek Masjid yang tiang sakanya merupakan hadiah Syeikh Maulana Hasanuddin bin Yusuf Sidiq Al Sinni yang lebih dikenal sebagai Syeikh Quro Kerawang. Masjid inilah yang kemudian popular dengan MASJID CIPTARASA.

Berdirinya Kota Banten (12)

Sumber : Proses Islamisasi Di Banten
Prof. Dr. Halwany Michrob, M.Sc, dan Drs. Mudjahid Chudari

Tentang Tarikh
Berdirinya Kasultanan Banten di Surosowan

Dituliskan sbb :
Inkang kalang Banten nagari sedengnyan haro hara ikang nunaya jeng sisa Sabakingkin anak ira Susuhunan Jatipurba lawan prasaparisharanya. teka wong muslim prasiya sira, wiweha kahanan ika wadya Demak lan Charbon teka ta prahwa nira mandeg ing labuhan Banten nagari, irika tang ayuddha mwang anggepuk wadya bala Budha-Prawa. Bopatya Banten nagari lawan saparicharya nya lamayu menjing wanantara paran ira mangidul ngetan ringkitha-gung Pakuan Pajajaran, witan ikang pramatya Banten nagari. Ri huwuws ika binu patyakna ta sira Sabakingking deng Rama Nira Susuhunan Jatipurba kang lungguh Raja Paditha atahwa Sang Kamastwing Sarat Sunda, kang tamolah ing puser bumi nagari ya ta Charbon kithaya sinebut Garage.
(Purwaka Caruban Nagari, Pupuh 162-168).

Terjemahan Teks tersebut adalah :
(162) Pada waktu itu di Banten sedang timbul huru-hara yang disebabkan oleh Pangeran Sabakingkin, putra Susuhunan Jatipurba dengan para pengikutnya.
(163) Orang-orang muslim dan para muridnya, bertambah-tambah dengan kedatangan angkatan bersenjata Demak dan Cirebon yang telah berlabuh di Pelabuhan Banten. Kemudian menyerang dan memukul.
(164) Angkatan bersenjata Budha-Parwa. Adipati banten dan para pengikutnya melarikan diri masuk hutan belantara menuju arah tenggara ke kota besar Pakuan pajajaran.
(165) Setelah itu dinobatkanlah Pangeran Sabakingkin dinegeri Banten dengan Gelar
(168) Pangeran Hasanuddin oleh Ayahnya dipertuan bagi seluruh daerah sunda, yang berpusat dipuser bumi yaitu negeri Cirebon atau Garage.

Jika penaklukan Banten Girang terjadi pada tahun 1525 M, maka pendirian Banten pesisir (Surosowan) sesuai bukti arkeologis dengan berita asing dan Purwaka Caruban Nagari terjadi tidak lain pada tahun 1526 M.
Maka untuk pemindahan ibukota Banten dari Banten Girang ke Surosowan (Banten Pesisir) itu dimungkinkan terjadi pada tanggal 1 Muharram 933 Hijriyah yang menurut Tabel Wuskfeld, bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1526 Masehi.

Pemerintahan Kesultanan Banten (13)

Sumber : Proses Islamisasi Di Banten
Prof. Dr. Halwany Michrob, M.Sc, dan Drs. Mudjahid Chudari

Pemerintahan Kesultanan Banten

1. Maulana Hasanuddin (1552-1570)
Dalam Babad Banten menceritakan bahwa Sunan Gunung Jati dan putranya, Hasanuddin, datang dari Pakungwati (Cirebon) untuk mengislamkan masyarakat di daerah Banten.
Mula-mula mereka datang di Banten Girang, lalu terus ke selatan, ke Gunung Pulosari, tempat bersemayamnya 800 Ajar yang kemudian semuanya menjadi pengikut Hasanuddin.
Di lereng Gunung Pulosari itu, Sunan Gunung Jati mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan keislaman kepada anaknya.
Hasanuddin berkeliling sambil berdakwah dari satu daerah ke daerah lain. Sesekali bertempat di Gunung Pulosari, Gunung Karang, bahkan sampai ke Pulau Panaitan di Ujung Kulon.
Dalam menyebarkan agama Islam kepada penduduk pribumi, Hasanuddin menggunakan cara-cara yang dikenal masyarakat setempat, seperti menyabung ayam ataupun mengadu kesaktian. Diceritakan, bahwa cara menyabung ayam di Gunung Lancar yang dihadiri oleh banyak pembesar negeri, dua orang Ponggawa Pajajaran : Mas Jong dan Agus Jo disebut juga Ki Jongjo memeluk agama Islam dan bersedia menjadi pengikut Hasanuddin.

Setelah Banten dikuasai oleh pasukan Demak dan Cirebon pada tahun 1525, atas petunjuk dari Syarif Hidayatullah, pada tanggal 1 Muharram 1526 Masehi. Atau 8 Oktober 1526 Masehi, Pusat Pemerintahan Banten, yang tadinya berada di pedalaman Banten (Banten Girang) di pindahkan ke dekat pelabuhan Banten.
Maka pada tahun 1552 Banten yang tadinya hanya sebuah Kadipaten diubah menjadi sebuah Negara bagian Demak dengan Hasanuddin sebagai Rajanya, dengan gelar Maulana Hasanuddin Panembahan Surosowan.

Maulana Hasanuddin, dalam usahanya membangun dan mengembangkan Kota Banten, lebih menitikberatkan pada pengembangan di sector perdagangan, disamping memperluas daerah pertanian dan perkebunan. Ia berusaha mendorong peningkatan pendapatan rakyatnya dengan melalui pertumbuhan pasar yang sangat cepat. Karena Banten menjadi tempat persinggahan perdagangan rempah-rempah.
Karena banyaknya pedagang muslim yang juga aktif menyebarkan ajaran Islam. Akhirnya Banten pun menjadi pusat penyebaran ajaran Islam untuk Jawa Barat dan sebagian Sumatera.

Banten Melepaskan Diri Dari Kuasa Demak
Kemelut berkepanjangan yang melanda pemerintahan Demak. Dalam waktu yang bersamaan, Banten mengalami kemajuan dalam segala segi. Situasi demikianlah yang mendorong Hasanuddin mengambil keputusan untuk melepaskan Banten dari pengawasan Demak.
Banten menjadi kerajaan yang berdiri sendiri, dengan Maulana Hasanuddin sebagai Raja Pertamanya. Sedang wilayah kekuasaannya pada waktu itu meliputi Banten, jayakarta sampai Kerawang, lampung, Indrapura sampai Solebar.
Tindakan Hasanuddin yang melepaskan diri dari pengawasan Demak ini dianggap sangat penting, karena disamping untuk kemajuan pengembangan daerah Banten, juga, berarti Hasanuddin tidak mau ikut terlibat dalam keributan di pemerintahan Demak, yang masih terhitung famili dekat.
Maka dalam masa pemerintahan Hasanuddin selama 18 tahun (1552-1570), banyak kemajuan yang diperoleh Banten dalam segala bidang kehidupan.

Dalam kehidupan pribadi Maulana Hasanuddin, dari pernikahannya pada tahun 1526 dengan Putri Raja Demak, yang bernama Ratu Ayu Kirana (putra Pangeran Trenggono),
dari pernikahan dengan Ratu Ayu Kirana dikaruniai anak :
Ratu Pembayun,
Pangeran Yusuf,
Pangeran Arya,
Pangeran Sunyararas,
Pangeran pajajaran,
Pangeran Pringgalaya,
Ratu Agung atau ratu Kumadaragi,
Pangeran malona Magrib, dan
Ratu Ayu Arsanengah.

Sedangkan anak dari istri yang lainnya :
Pangeran wahas,
Pangeran Lor,
Ratu Rara,
Ratu Keben,
Ratu Terpenter,
Ratu Wetan dan
Ratu Biru.

Ratu Pembayun kemudian menikah dengan Ratu Bagus Angke putra Ki Mas Wisesa Adimarta yang selanjutnya mereka tinggal di Angke daerah Jayakarta (Djajaningrat, 1983:128)

Maulana Hasanuddin wafat pada tahun 1570 dan dikuburkan di samping Masjid Agung. Setelah meninggalnya Maulana Hasanuddin dikenal dengan sebutan Sedakingkin, kemudian sebagai gantinya dinobatkan Pangeran Yusuf menjadi Raja Banten Ke-2.

2. Maulana Yusuf (1570-1580)
Masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, pembangunan Negara lebih dipusatkan pada bidang keamanan kota, perluasan wilayah perdagangan, disamping penyebaran dan pemantapan kepercayaan rakyat kepada ajaran agama Islam.

Sedangkan pada Maulana Yusuf strategi pembangunan lebih dititikberatkan pada pengembangan kota, keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian. Tahun 1579, pasukan banten dapat merebut Pakuan, Ibukota Kerajaan pajajaran (Djajaningrat 1983:153). Ponggawa-ponggawa yang ditaklikan lalu di Islamkan dan masing-masing dibiarkan memegang jabatannya semula (Djajaningrat 1983:153)

Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, perdagangan sudah demikian maju sehingga Banten merupakan tempat penimbunan barang-barang dari segala penjuru dunia yang nantinya disebarkan ke seluruh kerajaan di Nusantara (Sutjipto.1961:13).

Dengan majunya perdagangan maritime di Banten, maka Kota Surosowan, sejak pindahnya kota ini dari Wahanten Girang tanggal 8 Oktober 1526 Masehi dikembangkan menjadi kota pelabuhan terbesar di Jawa (Michrob,dkk,1990)

Babad Banten pupuh XXII menyatakan :
Gawe Kuta Baluwarti Bala Kalawan Kawis.
Artinya :
Membangun kota dan perbentengan dari bata dan karang.

Dari awal Dinasti Maulana Yusuf inilah banten menjadi ramai baik oleh penduduk pribumi maupun pendatang.

Perbaikan Masjid Agung pun dikerjakannya, dan sebagai kelengkapan dibuatlah menara dengan bantuan Cek Ban Cut arsitek muslim asal Mongolia (Ismail,1983).
Disamping mengembangkan pertanian yang sudah ada, untuk memenuhi kebutuhan air bagi sawah-sawah tersebut, dibuatlah terusan-terusan irigasi dan bendungan-bendungan (Djajaningrat,1983:38 dan 59).
Bagi persawahan yang terletak di sekitar kota, dibangun satu danau buatan yang dinamakan Tasikardi . Air dari sungai Cibanten dialirkan melalui terusan khusus ke danau ini.

Dari Permaisuri Ratu Hadijah, Maulana Yusuf mempunyai dua anak yaitu :
Ratu Winaon, dan
Pangeran Muhammad.

Sedangkan dari istri-istri lainnya baginda dikaruniai anak antara lain :
Pangeran upapati,
Pangeran Dikara,
Pangeran Mandalika atau Pangeran Padalina,
Pangeran Aria Ranamanggala,
Pangeran Mandura,
Pangeran Seminingrat,
Pangeran Dikara,
Ratu Demang atau Ratu Demak,
Ratu pacatanda atau ratu Mancatanda,
Ratu rangga,
Ratu manis,
Ratu Wiyos, dan
Ratu balimbing (Djajaningrat,1983:163)

3. Maulana Muhammad Kanjeng Ratu Banten Surosowan (1580-1596)
Maulana Muhammad terkenal sebagai orang yang saleh. Untuk kepentingan penyebaran agaman Islam. Ia banyak mengarang kitab-kitab agama yang kemudian dibagikan kepada yang membutuhkannya. Sultan sangat hormat kepada gurunya yang bernama Kiayi Dukuh yang bergelar Pangeran Kesunyatan di Kampung Kesunyatan (Djajaningrat,1983:39 dan 164).
Peristiwa yang sangat menonjol pada masa Maulana Muhammad adalah peristiwa penyerbuan ke Palembang. Kejadian ini bermula dari hasutan Pangeran Mas yang ingin menjadi Raja di Palembang (Hamka,1972:78-84). Pangeran Mas adalah putra dari Aria Pangiri, putra dari sunan Prawoto atau pangeran Mu’min dari Demak.
Terdorong oleh darah mudanya dan pandainya Pangeran Mas membujuk, sultan pun dapat dipengaruhinya. Saran Mangkubumi dan pembesar-pembesar senior lainnya tidak di indahkannya.
Dengan 200 kapal perang berangkatlah pasukan Banten dipimpin oleh Sultan Muhammad yang didampingi Mangkubumi dan Pangeran Mas. Lampung Seputih dan Semangka diperintahkan untuk mengerahkan tentaranya menyerang dari darat. Maka terjadilah pertempuran hebat di Sungai Musi sampai berhari hari lamanya. Dan akhirnya pasukan Palembang dapat dipukul mundur. Tapi dalam keadaan yang hamper berhasil itu, Sultan yang memimpin pasukan dari kapal Indrajaladri tertembak yang mengakibatkan kematiannya. Penyerangan tidak dilanjutkan, pasukan Banten kembali tanpa hasil (Djajaningrat,1983:41-42 dan Hamka,1982:78-84), terjadi pada tahun 1596 Masehi.
Pangeran Mas tidak berani berlama lama menetap di Banten karena rakyat menganggap dialah penyebab kematian Sultan, sehingga ia pergi kepada Pangeran Ancol di Jayakarta untuk bias menetap disana. Tetapi di Jayakarta pun Pangeran Mas tidak disenangi, akhirnya disuatu malam didapati Pangeran Mas dibunuh oleh anak kandungnya sendiri (Hamka,1982:84).

Maulana Muhammad meninggal dalam usia yang sangat muda kurang lebih 25 tahun dengan meninggalkan seorang anak yang berusia 5 bulan dari permaisuri Ratu Wanagiri, putrid dari Mangkubumi. Anak inilah yang menggantikan pemerintahannya.
Maulana Muhammad setelah meninggalnya diberi gelar Pangeran Seda ing Palembang atau Pangeran Seda ing Rana, dan dikuburkan diserambi Masjid Agung (Djajaningrat,1983:169).

4. Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir (1596-1651)
Setelah Maulana Muhammad meninggal dunia, maka sebagai penggantinya dinobatkan anaknya, Abul Mafakhir yang baru berusia lima bulan. Karena itu, untuk menjalankan roda pemerintahan ditunjuk Mangkubumi Jayanegara sebagai walinya.
Mangkubumi Jayanegara adalah seorang tua yang lemah lembut dan luas pengalamannya dalam hal pemerintahan. Setiap akan mengambil keputusan yang dianggap penting, beliau selalu musyawarah dengan pembesar lainnya terutama dengan seorang wanita tua bijaksana yang ditunjuk sebagai pengasuh Sultan Muda yang bernama Nyai Emban Rangkun (Djajaningrat, 1983:169).

Masa pemerintahan perwalian oleh Mangkubumi Jayanegara sebagai wali Sultan Abul Mafakhir adalah masa yang paling pahit dalam pemerintahan Banten, karena adanya pertentangan diantara beberapa keluarga kerajaan yang saling berbeda kepentingan disamping adanya keinginan dari pihak yang hendak merebut tahta kerajaan karena Sultan masih kecil.
Mangkubumi Jayanegara meninggal pada tahun 1602 yang digantikan oleh adiknya. Tapi tidak lama kemudian, yaitu pada tanggal 17 Nopember 1602 ia dipecat dari jabatannya karena “berkelakuan tidak baik”. Dan karena dikhawatirkan akan menyebabkan perpecahan dan irihati diantara pangeran dan pembesar Negara, maka diputuskan untuk tidak mengangkat Mangkubumi baru, sedangkan perwalian diserahkan pada ibunda Sultan, Nyai Gede Wanagiri (Djajaningrat,1983:170).

Tidak lama kemudian Nyai Gede Wanagiri menikah kembali dengan seorang bangsawan keraton, atas desakannya pula, suaminya itu diangkat sebagai Mangkubumi. Dalam kenyataan sehari-hari, Mangkubumi yang baru ini disamping tidak mempunyai wibawa, juga banyak menerima suap dari pedagang-pedagang asing, hingga banyak peraturan dan perjanjian dagang yang lebih banyak menguntungkan pribadi dibanding untuk kepentingan Negara dan rakyat. Keadaan ini menimbulkan peperangan diantara saudara kerajaan. Perang Saudara ini lebih dikenal dengan istilah Pailir, terjadi sekitar pada tanggal 8 Maret 1608 sampai 26 Maret 1609 (Djajaningrat,1983:43:46 dan 169:179).
Melalui usaha pangeran Jayakarta akhirnya perang saudara ini dapat dihentikan dan perjanjian damai dapat disepakati bersama. Setelah perang saudara usai Banten kembali menjadi aman, kemudian diangkat kembali Mangkubumi Baru Pangeran Ranamanggala juga sebagai wali Sultan Muda.
Pangeran Arya Manggala adalah putra Maulana Yusuf dari istri yang bukan permaisuri. Tindakan pertama yang dilakukan sebagai mangkubumi adalah menertibkan keamanan Negara. Yaitu dengan memberikan hukuman tegas kepada Pangeran atau Ponggawa yang melakukan penyelewengan. Dan mengadakan perjanjian-perjanian dagang.
Kira-kira bulan Januari 1624, Mangkubumi Pangeran Arya Ranamanggala meletakkan jabatannya karena sakit. Diserahkannya segala wewenangnya kepada Sultan Abdul Kadir yang memang sudah dewasa.
Dua tahun kemudian yakni tanggal 13 Mei 1626 Pangeran Arya Ranamanggala meninggal dunia. Jenazahnya dimakamkan diserambi Masjid Agung, kemudian masyarakat menyebutnya Pangeran Gede. (Djajaningrat,1983:191)

Setelah meninggalnya Mangkubumi Arya Ranamanggala, Kesultanan Banten sepenuhnya ditangan Abdul Kadir.
Sultan Abdul Kadir, dari Permaisurinya Putri Pangeran Rangga Singasari mempunyai lima anak :
Pangeran Pekik (bergelar Sultan Ma’ali Ahmad, sepulang dari Mekkah),
Ratu Dewi,
Ratu Mirah,
Ratu Ayu, dan
Pangeran Banten.

Dalam masa pemerintahan Sultan Abdul kadir diutuslah beberapa pembesar istana ke Mekkah pada tahun 1633 atau 1634. Utusan ini dipimpin oleh Labe Panji, Tisnajaya dan Wangsaraja. Dalam rombongan ini ikut pula Pangeran Pekik sebagai wakil ayahnya, sambil menunaikan ibadah haji.
Sekitar tanggal 21 April 1638 rombongan yang diutus ke Mekkah sampai kembali di Banten. Tidak lama setelah kedatangan rombongan dari Mekkah itu, ibunda Sultan yakni Nyai Gede Wanagiri meninggal dunia. Dan atas perintah Sultan, ibundanya dikuburkan di desa Kenari.
Dalam sejarah Sultan Abdul Kadir terkenal sebagai ulama saleh. Salah satu kitab karangannya Insan Kamil.

Sultan Abulma’ali Ahmad mempunyai putra sebagai berikut :
Dari perkawinan dengan Ratu Martakusuma (putrid Pangeran Jayakarta) dikaruniai lima anak :
Ratu Kulon (Ratu Pembayun),
Pangeran Surya,
Pangeran Arya Kulon,
Pangeran Lor, dan
Pangeran Raja. (Tjandrasasmita,1976:8)

Dari perkawinannya dengan Ratu Aminah (Ratu Wetan) mempunyai anak :
Pangeran Wetan,
Pangeran Kidul,
Ratu Inten, dan
Ratu Tinumpuk.

Sedangkan dari istri yang tidak dikenal namanya, berputra :
Ratu Petenggak,
Ratu Tengah,
Ratu Wijil,
Ratu Pusmita,
Pangeran Arya Dipanegara atau Tubagus Abdussalam atau Pangeran Raksanagara,
Pangeran Aryadikusuma atau Tubagus Abdurahman atau Pangeran Singandaru. (Djajaningrat,1983:59).

Putra Mahkota Pangeran Pekik atau Sultan Abulma’ali Ahmad meninggal dunia, setelah menderita sakit yang lama (1650), dimakamkan di pekuburan Kenari, sebagai penggantinya diserahkan kepada anaknya yakni Pangeran Surya dengan gelar Pangeran Adipati Anom (Sultan Banten Ke 5) juga digelari Pangeran Ratu ing Banten sebagai seorang ahli strategi perang.
Tidak lama setelah itu yakni 10 Maret 1651, Sultan Abumafakir Mahmud Abdul Kadir meninggal dunia. Jenazahnya dikuburkan di Kenari, berdekatan dengan makam ibundanya dan putra kesayangannya.